Selasa, 08 Desember 2015

Nada Untuk Asa

Kali ini saya ingin membuat review tentang film karya sutradara Charles Gozali. Ide pembuatan film ini berawal dari sebuah talkshow tentang "Hidup Dalam Stigma".  Yurike, ibu dari tiga orang anak yang berasal dari Bali positif HIV yang tertular dari suaminya. Dia baru mengetahu bahwa dia positif HIV setelah suaminya meninggal. Bukan hanya itu, anak bungsunya yang berumur satu tahun ternyata juga positif HIV. Ditengah penyakit mematikan yang menimpanya, ibu Yurike tetap semangat dan positif menjalani hari-harinya demi buah hatinya. Hal inilah yang mengilhami sutradara Charles Gozali untuk membuat film dengan kisah serupa yang dialami oleh Ibu Yurike.
Cerita diawali dengan Nada, yang diperankan oleh Marsha Timothy yang kehilangan suaminya. Sebelumnya suaminya dikabarkan meninggal akibat kanker getah bening. Gita yang merupakan adik iparnya memaksa Nada untuk periksa darah. Awalnya Nada tidak mau tapi karna didesak terus akhirnya Nada pun bersedia. Malang bagi Nada, dokter menyatakan bahwa Nada positif mengidap HIV. Di saat itu pula dokter menceritakan bahwa penyebab kematian suaminya adalah akibat virus mematikan yang sudah diidapnya sejak empat tahun terakhir. Dokter juga meminta untuk memeriksakan anaknya yang masih berumur satu tahun. Nada menolak keras dan berlari meninggalkan Rumah Sakit meninggalkan Dokter dan Gita yang tidak bisa berbuat apa-apa. 
Tujuan Nada adalah rumah orang tuanya. Nada langsung memberitahu bahwa suaminya meninggal akibat HIV. Kakak dan ayahnya tidak percaya. Belum hilang rasa kaget ayah dan kakaknya, Nada juga memberitahu bahwa dirinya sendiri juga tertular. Kakak  Nada marah dan seolah tidak terima. Sejak saat itu, Nada tidak diterima di keluarganya sendiri. Hanya keluarga suaminya yang menerima dan terus mendukung Nada untuk bisa bangkit dan membesarkan buah hatinya.  
Film ini diceritakan dengan alur flashback antara moment ketika Asa masih kecil dan Asa sesudah dewasa. Asa sendiri diperankan oleh Acha Septriasa. Asa sedang frustasi ketika bertemu dengan Wisnu, yang diperankan oleh Darius Sinathrya. Dia baru saja dipecat dari pekerjaannya karna diketahui mengidap HIV. Wisnu yang sudah tau bahwa Asa positif HIV tetap berteman baik dengan Asa. Wisnu justru sangat menyukai karakter Asa yang menurutnya kuat dan positif. Waktu Asa membuka Toko Kue Online, Wisnu bahkan bersedia memborong semua kue Asa. Ini dilakukan Wisnu agar Asa tidak down dan tetap menganggap bahwa dirinya sama dengan orang lain. Terlalu sering menghabiskan waktu bersama, akhirnya menumbuhkan benih cinta diantara keduanya. Tapi Asa seolah berada di persimpangan. Dia sangat mencintai Wisnu, tapi di sisi lain dia tidak ingin menghancurkan masa depan seorang lelaki sempurna seperti Wisnu.  
Film ini juga turut diramaikan oleh Wulan Guritno yang berperan sebagai Wanda, teman masa kuliah Bobby, suami Nada, yang sekaligus merupakan sumber penderitaan bagi keluarga Nada. Bobby, yang diperankan oleh Irgi Fahrezy pernah berselingkuh dengan Wanda. Dari perselingkuhannya inilah Bobby tertular HIV bahkan menularkannya juga kepada istri dan anak bungsunya.
Film ini menurut saya sangat berkesan. Banyak pesan-pesan moral yang didapat. Tentang memaafkan, semangat hidup, dicintai dan mencintai tanpa menuntut kesempurnaan. Saat banyak orang berteriak "Berani Mati", film ini justru mengajak kita untuk Berani Hidup.